Popular Post

Posted by : Unknown Minggu, 02 Juni 2013

Oleh; Sutihat rahayu suadhi

kota kematian- sutihat r sudhi


Desir ombak lautan hatiku bergemuruh diantara riak-riak kepedihan, entah sepedih apa perasaan itu. Perlahan tabir penutup wajahnya terbuka mentransparansi segala pertanyaan yang mengiang-ngiang didalam benakku. Tentang rasa ??

Dia mendekapku dalam lautan sunyi kesedihan yang tak bertepi, hanya jejak-jejak yang tersapu ombak yang  mampu membesarkan hati, jejak penghianatannya. Tentang rasa bolehkah aku bercerita sedikit lebih riang, tidak dingin seperti hujan yang membekukan jemariku sore tadi.

Tentang perempuan yang tak punya harapan tentang cintanya. Satu hari pada satu waktu air mata itu akan jatuh pada pikiranmu. hanya pada suatu hari saat aku pergi ke kota tua dimana perjalanan hidupku dimulai disana. Aku ingin pulang ketempat yang lebih teduh diantara harapan suci perempuan yang mengikhlaskan hatinya mati di kota tua.

Perempuan itu menapaki mega-mega dalam pusaran tatapan kosong. Berjalan dari kota tua menuju kota mati diujung pengharapannya. Guratan lelah diwajahnya hanya bagian dari waktu yang harus segera usai, perempuan itu terombang ambing dalam duka malam yang tak kunjung usai. Mencari jawaban dipenghabisan malam melalui rapalan doa berbaur tangisan yang mengerikan diujung sunyi.

Dikota mati, ia tak bergeming memandang dusta-dusta para penunggu pulau. Tak ada jalan selain kembali, kata mereka dengan nada kesinisan yang menghancurkan sebutir harapan yang kugenggam sedari malam tadi. Tuhanku, dimanakah langitmu dan laut-laut menemukan batasnya ??". Aku ingin mencari kebenaran atas dusta-dusta yang mereka bicarakan dengan lantangnya. Aku hanya perempuan sunyi, yang terguguk dipenghabisan malam memohon engkau menguatkan hati yang tersesat dikota tua menuju kota kematian.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -