Popular Post

Posted by : Unknown Selasa, 18 Juni 2013

Ini kisah klise,
Oleh : Iha Ginichi Koukii




Kamu pernah menyukai seseorang tapi terlambat menyadarinya ?? kamu tahu betapa menyakitkan nya perasaan itu ketika kamu menyadari tapi orang yang kamu suka memilih pergi dari hidupmu.

Ini mungkin kisah yang banyak dialami orang-orang yang egois sepertiku. Terlalu sibuk memikirkan perasaan sendiri. Sampai suatu saat dia pergi dari kehidupanku, tanpa alasan yang membuatku bisa bernafas lega. Aku menguapkan kembali memoribilia dengan lelaki itu, lelaki yang hanya kulihat wajahnya beberapa kali tapi selalu memberiku keteduhan.

Saat itu aku benar-benar tidak menyadari betapa dia menempati ruang dihatiku, terlalu sibuk membicarakan orang lain lagi. Saat itu aku mengagumi seorang yang juga dia mengenalnya. Sering sekali menceritakan lelaki yang kukagumi padanya. Dia selalu mendengarkan ceritaku dan dengan caranya yang khas selalu memberiku semangat sekali lagi. Aku tidak tahu betul perasaannya karna dia memang tak pernah bicara apapun hanya mendengarkan ceritaku. Sedangkan orang yang kukagumi sering sekali mengabaikanku terlalu sibuk dengan dunianya. 

Hari berganti hari, aku mulai membutuhkan lelaki sederhana yang selalu kupanggil kakak. Dia memang sederhana, tidak berlebihan. Aku mulai bercerita banyak tentang kehidupanku yang tak pernah kuceritakan pada siapapun kecuali dia. Dia selalu memberiku nasihat-nasihat anggun yang membuat kesedihanku berubah menjadi seulas senyum tipis. 

Aku memang seseorang yang tak pernah bicara, untuk semua kemarahan, kesedihan, dan apa yang kufikirkan sangat menyakitkan. Karna mungkin orang bertanya hanya ingin tahu, tidak benar-benar peduli. Setelah mengenal lelaki itu, aku mulai bisa memaafkan dan membuka jalan baru dalam kehidupanku. Bahagia rasanya bisa mengenalnya. 

Suatu saat diujung telefon kami pernah bicara sedikit serius. Seperti biasa aku menceritakan tentang seseorang yang kukagumi itu. Sebenarnya aku tidak ingin menceritakannya hanya ingin berbicara dengannya, mendengar suaranya, lalu tertawa bersama. Aku masih belum menyadari jika dia berharga. Aku tidak pernah memikirkan perasaan lelaki itu. Dia juga perlahan mulai membuka tabir penutup wajahnya, bercerita tentang kehidupannya, tentang keluarganya dan semua yang ingin kuketahui walaupun masih banyak sesuatu yang belum bisa dia ceritakan, aku hanya ingin menjadi pendengar yang baik untuknya seperti dia yang selalu jadi pendengar yang baik untukku.

Dia pernah bilang , Jika aku tidak boleh menyukainya . 
Aku tidak tahu kenapa dia berkata seperti itu. Tapi aku mengangguk, memenuhi permintaannya. Tapi kamu tidak pernah tahu jika diam-diam aku mulai menyukaimu. Semua tentangmu aku menyukainya. Aku mulai menghimpun rindu untukmu dan menyimpannya dalam-dalam disini, dihati ini dan betapa menyakitkannya itu. Kamu tidak perlu tahu perasaanku yang sebenarnya, aku cukup bahagia walau hanya berdiri disampingmu sebagai seorang sahabat.

Sampai suatu saat tanpa alasan, kamu pergi. Kamu memilih pergi, bahkan tak pernah lagi membalas pesan-pesan yang kukirim. Kamu benar-benar mengabaikanku. Aku masih berfikir mungkin kamu sedang sibuk dengan skripsimu atau ada hal-hal yang membuatmu tak bisa membalas pesanku. Sampai beberapa minggu, aku baru sadar kalau kamu menghilang dan aku yang membuatmu memilih pergi. 

Saat itu aku merasa ada separuh dari diriku yang hilang; kamu tahu itu menyakitkan. Dunia memang tidak berubah tapi juga tidak sama seperti saat kamu berada disampingku. Sudah tidak ada lagi yang mengingatkanku makan, minum obat, mendoakanku, dan memberikan perhatian-perhatian kecil yang selalu kurindukan. Limbung, itu yang kurasakan. 

Aku tidak tahu dulu perasaanmu sperti apa?
yang pasti setelah kau pergi, ada sesuatu yang hilang dalam driku; itu menyakitkan. Tidak ada yang benar-benar tahu rasanya. Aku ingin merasakan rasa sakitnya sendiri agar aku bisa lebih ikhlas menerimanya. 

Aku tak pernah membencimu ?

Aku hanya ingin mengingat lelaki sederhana itu sebagai seorang yang membawaku pada memoribilia yang indah, tidak untuk membencinya. Hanya satu penyesalan yang masih kurasakan sampai detik ini, aku belum sempat mengatakan perasaanku, jika aku bahagia bisa bertemu denganya. Berterima kasih untuk waktu yang dia sisakan untuk mengkhawatirkanku. Dan aku minta maaf untuk ketidaktahuanku. 

"Setelah kau pergi, aku tahu rasanya kehilangan". Dan untuk kesekian kalinya aku selalu bodoh, dengan membiarkan orang yang kukasihi pergi begitu saja tanpa ada usaha untuk membuatnya tetap tinggal. Bukan karna aku tidak ingin dia tinggal disisiku tapi aku tahu dia akan lebih bahagia bersama orang lain. Aku ingin membahagiakannya. 

Tapi jika ada kesempatan kedua, aku ingin lebih memahaminya. Setidaknya bisa kembali melihatnya itu membuatku bahagia. Selama ini aku hanya merapalkan doa untuknya dipenghabisan malam. Hanya menitipkan surat kecil untuk tuhan , agar suatu saat tuhan sampaikan padanya. "Aku merindukannya - merindukan lelaki itu ".



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -