Popular Post

Posted by : Unknown Kamis, 30 Mei 2013



Izinkan aku Mencintaimu !!

oleh Sutihat rahayu suadhi (Iha Ginichi Kou Kii )

izinkan aku mencintaimu
    Aku tak pernah tau apa yang dia pikirkan tentang diriku, aku pun tak pernah tau seperti apa penilaiannya tentangku. Yang jelas aku menyukai semua yang ada pada diri lelaki itu. Sikapnya yang lembut, Kefasihannya membaca al-qur’an, ketawadhu’annya membuat kekaguman itu tumbuh dalam hatiku.

Aku semakin ingin mengenalnya. Keramahannya, senyumnya yang selalu memberiku keteduhan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Namun sikap pendiamnya seolah menjadi teka-teki yang harus kutemukan kunci rahasia untuk membukannya. Terkadang sikapnya terasa begitu aneh. Terkadang dia seperti orang asing yang tak mengenalku. Namun dia bisa menjadi begitu akrab, hangat, perhatian dan memberiku sebuah warna kehidupan yang indah.

Setiap kata yang tertuang dari bibirnya , ada pembelajaran yang bisa kuambil. Seakan memberiku sebuah jawaban tentang kerinduan yang kurasakan pada tabir penutup wajahku selama ini. Aku mulai menyadari jika perasaan itu bukan hanya sebuah kekaguman tapi sunatullah bernama cinta. Ada kerinduan yang dalam kurasakan jika tak bertemu dengannya. Lalu kecemburuan yang tiba-tiba saja hinggap didalam hatiku. Sungguh, aku tak mampu mencegah kepingan perasaan itu datang dengan sejuta kebahagiaan dan kesedihan secara bersamaan.

“Ya allah, mungkinkah lelaki itu adalah tanda kecintaanmu yang besar terhadap hamba. Kau pertemukan aku dengannya agar aku kembali merindukan setiap cahaya kasihmu yang ikhlas.”
“Ya Al-Wahhab hanya padamu aku memohon petunjuk dalam setiap pilihanku karena Engkau maha mengetahui dari setiap ketidaktahuanku.”

Terkadang dalam kesendirianku, aku memohon pada tuhan untuk memberikanku keikhlasan melupakan lelaki itu. Lelaki yang membawaku pada kebaikan yang indah, lelaki yang mengajari tentang cintanya pada sang pencipta, lelaki yang dalam ketawadhu’annya menyadarkanku tentang keangkuhan yang ada dalam diriku. Sungguh aku tidak pantas memiliki perasaan ini untuknya. Demi allah , aku mencintainya.

Namun, apa yang salah??”Pemikiranku ?? Atau belengggu didalam jiwa ini. Aku ingin membahagiakan lelaki itu dalam keterbatasan yang kumiliki. Ya, aku wanita yang tidak sempurna. Bahkan vonis kematian sudah ditegaskan padaku oleh mereka. Rasa sakit yang menyergap bahkan terkadang membuatku dalam keputusasaannya, jiwaku luruh . Bagaimana aku bisa memintanya mencintaiku, apa yang bisa kuberikan pada lelaki itu. Kenyataan itu menyadarkanku bahwa aku harus segera menepikan perasaan ini.Meski rasanya tak mungkin karna dia adalah lelaki sederhana yang membawa sekeping kebahagiaan dalam kehidupanku.
***

Ra, umi tau apa yang kamu rasakan. Menangislah jika kau ingin menangis, sepuasnya. Jangan ditahan!!”. Umi yakin kamu bisa mengatasi semuanya, jadilah wanita yang tegar..”Suara lembut umi menyumbat lamunanku.
 “Tidak apa-apa umi..”tukasku. 

Umi tau apa yang sedang kamu rasakan, serahkan semuanya pada gusti alloh nak!!” ia lebih tau yang terbaik untukmu. “

“Insyaallah umi, raiha hanya harus bertahan lebih lama, lebih kuat dari yang lain..untuk umi..!!”ucapku dengan mata berkaca-kaca. Sungguh aku tak bisa menyembunyikan kesedihanku. 

“Nak dengarkan umi, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan umatnya. Kamu tahu, ketegaran seorang wanita adalah ketika ia mampu menutupi rasa sakitnya tapi adakalanya kamu harus menjadi lemah dihadapan tuhan. Mintalah padanya untuk menguatkan hatimu...” bicara umi dengan kesedihan yang kulihat dimata itu, dimata yang penuh kasih.

Aku menggeleng!!”
Hanya tersenyum tipis menatap mata wanita yang sangat kukasihi itu. Untuknya lah aku bertahan sampai sekarang, untuknya lah aku ingin terus hidup. 

“Dia lelaki yang baik umi, tapi umi tahu cintaku tak pernah cukup untuk membahagiakannya. Saat aku memikirkan itu hatiku rasanya tercekik. Umi tahu betul keadaanku seperti apa??” pantaskah umi aku menyakiti orang yang kucintai jika dia tahu bahwa mungkin sebentar lagi aku akan pergi...??”ucapku terpatah-patah dalam balutan cairan implusive yang membasahi pipiku

“Umi segera memeluk tubuh kecilku, dengan air mata yang tak kalah deras mengalir dipipi wanita separuh baya itu. 

“Demi allah nak,  allah sangat menyayangimu. “
Umi menghapus air matanya. Dengan seulas senyum yang menghangatkan itu.. umi memberiku sekuntum kecupan .
“Sudah sekarang kamu berangkat kekampus, biar umi yang mengantarmu..??”
“Ya....!!
Kehangatan sikap umi telah memberikan kekuatan untukku, semangat yang selalu kuteguk dari hati yang menerimaku ikhlas.

***
Sore itu diberanda rumahku, aku melihat senja dibalik pohon ara. Disana sinar senja menyelinap dari sela-sela ara itu, begitu indah. Daun-daun melambaikan sejuta resahnya. Aku tersenyum sekali lagi seraya memohon yang kuasa hangatkan kalbu yang mulai membeku. Kulipat kedua tanganku dan kupejamkan mataku cukup lama aku berada dalam kedamaian saat aku berbicara dengan tuhanku didalam hatiku.

Lelaki itu berdiri didepan sana, itulah yang kulihat saat aku membuka mataku. Senyuman itu, aku merindukannya. Dia berdiri disana dibawah ara, dibawah remang cahaya bulan.Tuhan, benarkah itu dia, ka farid??” hatiku terus bergumam. Aku takut itu hanya khayalanku karna terlalu dekap merindukannya. Tidak, ini nyata. Dia ada didepan mataku, begitu jelas didepan sana.

“Ra, anti apa kabar ...??” suara lelaki itu terdengar jelas ditelingaku

      “aku baik ka...!!” Jawabku seraya tersenyum dihadapannya

“Demi allah ra, kenapa kamu tidak pernah mengatakan keadaanmu. Maafkan ka farid , ra !!”sesal lelaki itu

     Aku menggeleng!!”Jangan bicara seperti itu ka, Aku ingin tahu keadaanmu, kak??
kakak sehat?? “

“Apa ada kata yang lebih pantas dari “Maaf" ??” Alhamdulillah, ka farid sehat...” jawabnya terbata-bata

  Tidak ka..!!”ka farid berhak bahagia. “Demi allah, aku mencintaimu. Tapi cintaku tak pernah cukup untuk membahagiakanmu..!!”gumamku pedih

Umi sudah cerita semuannya!!”

Pengakuan lelaki itu membuatku tersentak, dia tahu keadaanku. Bahwa mungkin sebentar lagi aku harus pergi kesisi penciptaku, meninggalkan dunia fana ini. Walaupun kematian itu cukuplah hanya menjadi rahasia Allah. Tapi bagaimanapun aku takut pada vonis pembatas takdirku. Penyakit ini sudah stadium akhir dan kesempatanku untuk hidup katanya tinggal beberapa bulan lagi. Lirih tapi terdengar seperti suara petir bagiku. Leukimia kronis, tiga tahun lalu penyakit itu terdiagnosis ditubuhku. Aku sudah berusaha semampuku untuk bertahan. Dengan melakukan kemoterapi, radiasi, dan semua altrnatif yang dokter sarankan. Awalnya kemarahan itu menguasai pikiranku. Tapi semenjak bertemu ka farid dua tahun lalu, aku sadar satu hal yang selama setahun aku lupakan. Kemarahanku, kekecewaanku,  ketakutanku mulai memudar seketika. Dari lelaki sederhana itu aku belajar tentang kehidupan ini, kehidupan yang sepenuhnya bukan milikku. Aku mulai kembali merindukan penciptaku, sangat merindukannya. 

“Aku ingin mengatakan ini padamu sudah sejak lama, “sukron katsiron ikhwan”. Karna mengenalmu membuatku menjadi wanita yang lebih kuat.” Kataku dengan seulas senyum tipis dipangkal bibirku.

“Bolehkah kafarid menjadi suamimu...??” Ucapnya tegas

Sontak membuatku tersentak dan sedih.
Bagaimana mungkin ka?” lihat aku, dengan keadaanku yang seperti ini pantaskah aku menjadi pendampingmu. Jangan lakukan hal yang akan membuatmu menyesal, cukup bagiku melihatmu bahagia..”tukasku . Aku menarik kursi rodaku dan membalik tubuhku untuk meninggalkan ka farid yang masih membungkukan tubuhnya dihadapanku.Sungguh aku tak ingin melihatnya, ini terlalu menyakitkan untukku.

“Tunggu ra  !!” Demi allah, aku mencintaimu. Aku ingin menjagamu, Setidaknya izinkan kakak menjadi imammu,kalaupun allah menghendaki kita bersama dalam waktu yang singkat. Izinkan kakak ra...!!”Desis ka farid
Ucapannya menghentikan gerak kursi rodaku. Aku termenung-menung, begitu sedih . Butiran bening membasahi kelopak mataku seketika deras mengalir. Ya allah, ampuni aku....
Aku meninggalkan ka farid di beranda itu tanpa sepatah kata.

next  on –yaa
Demi allah, aku mencintaimu 

tawonn------

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -