Popular Post

Posted by : Unknown Kamis, 30 Mei 2013


Oleh ; Sutihat rahayu suadhi 


 Wanita itu , Aku . Bukan siapa-siapa bagi mereka, hanya sosok aneh yang tak pernah bicara dan membiarkan beban hatinya semrawut seperti benang kusut.Kini sudah terlalu kusut sampai aku tak tahu harus mulai dari mana untukmeluruskannya . Hanya senyuman tipis yang mengembang dipangkal bibirku , agarmereka tak terus bertanya dan bertanya , siapa aku , bagaimana kehidupanku, dst. Karna tak ada yang bisakujawab , hanya fantasi-fantasi kecil yang kukembangkan berbentuk narasaiberupa kenyataan yang tidak ada. Individualismeku mengental , membeku dalam darahku . Aku tak bisa bicara kebenaran tentang diriku pada mereka yang bahkanberjarak sangat dekat denganku, Aku tak pernah percaya pada siapapun, siapapun. Aku meringkuk kedinginan dalam gelap malam dibawah sinar rembulan yang sayupmarup, menangisi diriku yang tak pernah membuka tabir penutup wajahku .Seandainya saja aku bisa membuka tabir penutup wajah ini , yang tak pernahkulepas sekalipun . Aku ingin mengatakan apa yang ada dalam pikiranku. Jikasedih aku akan berkata " Aku sedih" , Saat bahagia akupun akanberkata "Aku bahagia" , dan ketika aku jatuh cinta , aku juga akanbilang " Aku jatuh cinta". Tapi itu hanya bergumam dipikiranku tanpasatu kisipun yang mengusiknya. Tanpa satu katapun yang keluar dari sana. Merekahanya terus terkukum dalam kerasnya hatiku yang membeku sedingin es. Membiarkanjudge demi judge menyeruak bersama narasi yang mereka kembangkan semau merekatentang aku, wanita itu.
           Hari terus berganti dan waktu terus berjalan. Wanita itu , hatinya terussaja bergemuruh . Pagi ini langit mendung ditemani rintik hujan yang membasahi tanah, lalu membuat harum dari tanah-tanah basah itu menyeruak ke penciumanku .kuhirup aroma pagi ini yang terasa lebih wangi dari biasanya, lebih segar darihari-hari sebelumnya karna kemarin kemarau panjang dengan mentari yang membakar embun dipucuk dedaunan terasa terik dan gersang .Kupejamkan matakudiberanda rumah dimana suara burung terdengar merdu menggoyang-goyangkan aradidepan sana. Kubiarkan angin mengacaukan tatanan rambutku. Tanganku menengadahmerasakan sentuhan gerimis yang kini membasahi telapak tanganku. Perlahan akumenggenggam kumpulan air langit itu entah mengapa rasanya hatiku begitu teduh.  Pelangi !!” Adalah harapanku pada hujan setelah ia berhenti. Sebuahharapan yang juga kutanamkan pada diriku untuk seorang yang telah lama mengisiruang hatiku, hanya lelaki itu. Kurapalkan doa pada sang pencipta. Dengankeyakinan seperti hujan yang turun setelah kemarau panjang sebelumnyamenggersangkan tanah-tanah, mengeringkan daun-daun lalu ranting-ranting rapuhmenggantung. Hanya setitik embun yang menggantung dipucuk dedaunan lalu habisterkikis terik mentari pagi yang memberi mereka kehidupan lebih panjang dalampenantian datangnya air langit yang membasahi bumi mereka.
    Satukali wanita itu, aku. Menangis mengerikan dihadapan tuhanku. Memohonpengampunan untuk segala kekerdilan didalam hatiku. Tuhan senantiasa memaafkanku,dan membawaku menyusuri jejak kesia-siaanku. Betapa tangis itu seperti hujan yang tak terbendung ketikawajahku ditunjukan dalam cerminan jiwa yang disana adalah segala prilaku yang selamaini hanya kuanggap sebagai sebutir debu yang terbawa angin ternyata begitumelekat disana dihamparan padang yang gersang.

Next---

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -