- Back to Home »
- Sisi Lain Seorang Malaikat
Posted by : Unknown
Selasa, 30 Juli 2013
Iha Ginichi koukii |
Ada sebuah kisah yang
ingin saya share; mungkin ini hanya karangan saya atau mungkin terjadi juga
didunia nyata. Tentang kasih sayang seorang ibu dan kasih seorang anak. Adakah
bedanya, tentu terasa sekali. "Kasih ibu sepanjang jalan, dan kasih anak hanya
sepanjang galah". Pepatah itu saya yakini benar, jika melihat betapa kasih
seorang ibu itu luar biasa besar. Kesabarannya begitu luas dan selalu menerima
anak-anaknya dengan penerimaan yang ikhlas.
Sering
sekali saya melihat seorang anak berlaku tidak adil, bahkan bersikap kasar pada
ibundanya. Saya melihat sepanjang penglihatan saya sepanjang yang saya tahu.
Perlakuan yang diterima selalu menjadi beban hati mereka, ditutupnya
rapat-rapat serta hanya terus mendo'akan anaknya. Saya pernah bertemu dengan
seorang ibu, usianya sekitar lima puluh tahunan. Beliau tinggal bersama suami
dan anak bungsunya. Kebetulan beliau memiliki dua orang anak dan si sulung
sudah menikah lima tahun lalu, tinggalah si bungsu yang sedang menuntaskan
pendidikannya di perguruan tinggi. Kehidupannya sederhana dan beliaupun selalu
ramah, walau agak sedikit pendiam. Kesan pertama saya melihat beliau, adalah
wanita yang lembut dan sangat menyayangi anak-anaknya. Dan saya mendengarnya
dari rani, anak bungsu beliau yang notabennya teman saya di kampus. Entahlah,
rani tiba-tiba bercerita tentang suatu yang membuat wajah saya merah padam
antara marah atau sedih barangkali. Tentang kakak sulungnya.
" Ibu adalah wanita yang kuat. Kamu
tahu apa yang selalu ibu katakan padaku, dia hanya ingin melihat anak-anaknya
bahagia. Tapi kamu tahu bertahun-tahun dia menyimpan luka karena perlakuan mbak
ku. Sepanjang yang aku tahu, mbak selalu menyakiti ibu entah itu dengan
perkataan atau perbuatannya. Kamu tahu kan mbak ku hidupnya sudah mapan
sedangkan keluarga kami masih dalam kesederhanaan. Mulut mbak ku seperti iblis
jika bicara, selalu berbangga atas apa yang dimilikinya saat ini tapi sama
sekali tidak memperdulikan ibu. Pernah suatu hari, karena tidak punya uang, ibu
datang kewarung mbak untuk berhutang makanan untuk keluargaku makan, dan kamu
tahu apa yang dilakukannya, dia tidak menghiraukan kedatangan ibu, dengan
kata-katanya yang kasar dia menyuruh ibu pulang katanya sesuatu yang ibu minta
tidak ada. Bukankah itu demikian kejam. Itu bukan pertama kali ibu mendapat
perlakuan seperti itu, sering sekali. Aku pernah sangat membenci mbak ku,
bagiku dia anak yang tidak tahu diri. Tapi ayah dan ibu memintaku hanya
mendo'akannya agar suatu saat nanti dia bisa berubah. Aku berfikir sejenak,
inikah sosok malaikat itu. Betapapun aku hanya seorang anak, aku marah saat
mbak memperlakukan ibu seperti itu tapi saat mendengarnya berkata demikian
"maafkanlah" hatiku langsung luruh, rasanya duniaku hancur seketika.
Yang aku bisa hanya menguatkan ibu sekarang." cerita rani dengan mata yang
berkaca-kaca
Saya
hanya membelai bahunya, seraya menguatkan. Betapapun saya tahu itu berat untuk
rani terutama ibunya. Saya tidak pernah tau, sosok itu wanita yang luar biasa
tegar. Wanita yang rani panggil dengan sebutan ibu, wanita yang selalu ramah
dalam kesahajaannya ternyata menyimpan luka oleh karena anak yang begitu di
kasihinya. Tapi seperti rani, hati sayapun pedih mendengar ceritanya, seraya
berharap semoga mbak rani diberikan pengampunan oleh Allah, dibukakan mata
hatinya dan menyadari segala yang dia lakukan adalah dosa besar. Entah apapun
alasannya, saya tidak membenarkan perlakuan itu. Saya tidak tahu apa yang terjadi
tapi rasanya tidak pantas ketika ada seorang anak memperlakukan wanita yang
dibawah kakinya Allah meletakan surga seperti itu.
Bagi
saya itu tidak masuk akal, Bukankah jelas dalam Al- Qur'an allah berfirman dalam surat Al-issra ayat 23 yang berbunyi sebagai
berikut :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا . وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنْ
الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا.الإسراء 23-
24
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850].
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Al Isra(17):24)
Astagfirullahhal Adzim
Terkadang dalam
pemahaman kita sering berselisih dengan orang tua kita. Merasa apa yang
dilakukan mereka tidak adil, merasa jika orang tua kita egois dan terlalu
memaksakan kehendaknya. Pernahkah kita berfikir, apapun yang kedua orang tua
kita lakukan semata-mata hanya untuk kebaikan kita. Terkadang mereka harus
menerima kemarahan kita, menerima kesalahpahaman kita. Tapi demi Allah mereka
tetaplah orang yang memberi kita kehidupan. Mungkin ini hanya sebuah teori,
yang anak kecil pun tahu, atau siapapun bisa berucap tentang hal seperti yang
saya tulis. Tapi hal yang terkadang sepele mungkin adalah hal yang paling
mendasar yang harus kita tahu. Saya pernah bertanya kepada ibunda saya. Saat
itu kami sedang berbicara di meja makan seperti biasanya.
“Boleh saya tahu apa yang paling bunda inginkan, saya
hanya ingin tahu..?” celetuk saya
Beliau menoleh sembari menyunggingkan senyuman yang
senantiasa meneduhkan. “Bunda, hanya ingin kamu selalu sehat, kamu tidak usah
berfikir tentang yang lain, hanya tetap disisi bunda…” jawabnya sembari
membelai pucuk kerudung saya.
Harapan mereka sesederhana itu, tidak berlebihan. Mereka
hanya menginginkan kesehatan kita, kebahagiaan yang menaungi kehidupan kita.
Meskipun ada sisi lain dari seorang ibu, saya tidak bisa menyamakan satu
diantara mereka, tapi yang saya yakini semua orang tua pasti mengharapkan yang
terbaik untuk anak-anak mereka sekalipun jalan yang harus mereka tempuh tidak
mudah. Sayapun tidak bisa menghakimi sesuatu ketika tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi.
***
Saya pernah mendengar curhat dari salah seorang teman
saya. Tentang sisi lain ibunya. Teman saya ini (maaf) dia tidak memiliki
seorang ayah karna ibundanya adalah seorang single mother. Beliau belum pernah
menikah begitulah yang dituturkan teman saya. Mungkin bisa dipahami maksudnya.
Dia melanjutkan ceritanya…” Saya tidak tahu harus senang atau sedih ketika
memiliki ibu seperti beliau. Bukan, bukan karena beliau tidak menyayangi saya,
bahkan ibu sangat mengasihi saya. Terlahir tanpa seorang ayah sudah cukup
membuat hidup saya terdesak. Malu bahkan ingin sekali lari dari kenyataan yang
membelenggu ini. Ibu selalu menguatkan hati saya, lantas berkata untuk tidak
menghiraukan perkataan orang-orang yang mengolok-olok saya dan ibu. Sebenarnya
saya menyimpan begitu banyak luka karna kesalahan yang dilakukannya. Kami
tinggal berdua di rumah sederhana. Bertahun-tahun saya bertanya tentang
pekerjaan yang ibu saya lakukan, tapi ibu hanya mengatakan ia bekerja sebagai
OB, dan kebetulan mendapatkan shift
malam. Beliau berangkat kerja sehabis isya lantas pulang pagi buta. Pertanyaan
saya terjawab setahun lalu, saya mengetahuinya secara tidak sengaja. Dalam
kesedihan, saya tahu ibu melakukan pekerjaan hina, menjual kehormatannya.
Padahal beliau selalu meminta saya menjaga kehormatan saya, memakai jilbab,
berpakaian yang sesuai syari’at islam. Tapi saya mendapati kenyataan pahit
tentang sosok yang tuhan nyatakan sebagai malaikat itu. Ibu menggadaikan
kehormatannya untuk menopang kehidupan kami. Bukankah ini terdengar begitu
menyedihkan. Selama ini saya tidak pernah bertanya sekalipun tentang siapa ayah
saya atau apapun yang mungkin akan menyakiti hati wanita yang telah melahirkan
saya, tapi saat itu berbeda, saya ingin ibu berhenti melakukan pekerjaan hina
itu. Saya memberanikan diri untuk bertanya,
tentang apa yang saya ketahui. Dengan air mata berurai, ibu menceritakan
semuanya kepada saya. Bahwasannya ibu hanyalah seorang ibu, Saat itu keadaan
kami benar-benar miskin dan saya masih kecil. Beberapa kali di usir dari
kontrakan satu ke kontrakan yang lain sampai saat itu saya terlalu sakit untuk
menahan lapar, dan ibu menjual kehormatannya untuk memberi saya makan. Saya
terdiam beberapa saat, rasanya dunia saya hancur mendengar penuturan beliau.
Secara tidak langsung apa yang ibu lakukan semata-mata untuk saya tapi itu
tidak bisa dibenarkan, agama jelas-jelas melarangnya, mengharamkannya. Apakah
tidak ada pilihan, bukankah setiap manusia mempunyai pilihan dalam hidupnya,
saya benar-benar tidak tahu. Tapi itu sisi lain dari seorang ibu, merekapun
tidak sempurna tapi seperti mereka yang selalu menerima anak-anaknya dengan
ikhlas, saya pun ingin menerima ibu dan pilihannya. Saya hanya memohon kepada
ibu untuk berhenti dari pekerjaan itu, saya tahu beliau pun tidak
menginginkannya. Betapa terhinanya beliau, saya tahu itu. Saya berusaha
memahaminya dan hanya memohon semoga ibunda segera kembali kejalan yang diridhoi
Allah, bertaubat dalam taubatan yang sebenar-benarnya. “ Tuturnya dengan air
mata yang deras mengalir
Allah Maha Pengampun Atas Semua Dosa
Seorang yang pernah melakukan dosa
seberapa pun besarnya , Allah SWT pasti
akan mengampuni dosa-dosanya, , selama dia mau bertaubat dengan dengan
sebenar-benarnya dan memenuhi syarat-syaratnya. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
Dari Abi Hamzah Anas bin Malik
Al-Anshari ra (pembantu Rasulullah SAW) berkata, “Sungguh Allah sangat
berbahagia atas permohonan taubat hamba-Nya, lebih berbahagia dari bahagianya
salah seorang kamu yang kehilangan untanya lalu menemukannya kembali.” (HR Bukhari Muslim).
Mendengar cerita dari
sahabat saya tentang sisi lain ibundanya, membuat saya termenung. Betapapun
ibunda tetaplah seseorang yang harus kita hormati, kasihi dan terima dengan
ikhlas. Setiap rencana Allah itu baik sekalipun jalannya berbelok dan kadang kita
harus berhenti sesaat untuk berfikir tentang jalan baru yang harus kita tapaki.
Demikianlah Artikel ini
saya buat, mungkin ada banyak kekurangan dalam penyampaiannya. Saya hanya ingin
kita bersama belajar untuk selalu menghormati kedua orang tua kita, mengasihi,
dan menerima mereka dengan sisi lain yang kita tidak tahu. Hanya kita harus
meyakini bahwasannya setiap yang mereka laukan hanya untuk kebahagiaan kita. Semoga Allah SWT
mengampuni dosa kita semua, baik yang nampak maupun yang tidak Nampak. Semoga
orang tua kita senantiasa dalam nanungan kasihNya. Amin Allahumma amin.
Wallau a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,