Popular Post

Posted by : Unknown Senin, 15 Juli 2013



 Tentang Hujan - Audrey & Kaelan
oleh: sutihat rahayu suadhi
Iha Ginichi Kou Kii


tulisan atau novel ini sudah hampir pada ending, Aku hanya menulis tanpa tahu seperti apa pikiran orang-orang tentang tulisanku. Seperti audrey, menulis apakah untuk kaelan atau ada sesuatu yang membahagiakan saat kita bisa bicara melalui tulisan. Tuhan mungkin memberikan batas waktu untuk kita, tapi ada ruang untuk kita berbahagia, sekalipun itu kecil. kita berhak bahagia bahkan harus bahagia.

 Hal 20-22 part IV
Tentang Harapan


Gadis itu keluar dari ruang yang menghimpit  jiwanya, semua alat medis sudah terlepas dari tubuh mungilnya. Drey berjalan keluar dengan kursi rodanya, ia ingin menikmati rintik hujan bulan juni . Embun-embun yang menggantung dipucuk dedaunan, wangi tanah-tanah basah, ranting-ranting yang rekat bertahan dan suara angin yang mampu menghempas seluruh kebekuan dalam diri drey. Ia seolah hidup dalam kota kematiannya selama ini. Drey masih menikmati ruang hampa dalam kesunyian yang terus saja menderu didalam hati kecilnya. Tentang kaelan, apakah dia datang atau pernah menjadi setitik harapan yang memenuhi ruang hati drey. Setidaknya ia masih percaya hujan akan tetap turun sampai kay datang untuk memberikan jawaban terakhir untuk surat yang dikirimkan pada hujan bulan juni musim lalu.
Drey diam menghantam langit dalam dunia yang  tak pernah tersentuh mata mereka. Hatinya masih tetap saja menanti hujan, dengan mata yang berbinar-binar ketika drey melihat rintik hujan dalam hamparan harapan dilangit yang tak lagi bisa disentuhnya. Kaelan , drey sangat merindukannya. 

***
Drey masih menatap langit  sore itu, cairan implusive menggenangi kelopak matanya. “Hujan adalah kaelan yang pasti datang musim berikutnya..”. Drey menyeka kelopak matanya dan kembali ketempat  tidurnya meninggalkan rintik hujan yang masih menari-nari diluar sana. 

Kreek.....Pintu kamarnya terbuka perlahan,

Matanya menatap kearah pintu didepan sana. Betapa hati itu tak sanggup menahan haru ketika yang  datang ternyata kaelan. Drey menutup mulut dengan kedua tangannya, kelopak matanya basah, suara tangisnya tak terdengar sama sekali. Kaelan berjalan perlahan kearah drey dengan mata berkaca-kaca lalu duduk disamping  wanita itu. Tak ada satu katapun yang terdengar disana hanya suara tangis drey yang menguap diruangan itu. Perlahan tangan kay menyentuh jemari drey lalu menggenggamnya erat. 

“Hujan bulan juni drey, aku pun merindukannya ...??” desis kay

Drey menatap kay dengan tatapan kesedihannya, ia tak sanggup bicara , bagaimana mungkin ia merasakan bahagia dan sakit secara bersamaan tapi hatinya terasa begitu sedih ketika pertama kali melihat kay dalam hujan bulan juni.  Jemari kay segera menyeka butiran bening yang mengambang dikelopak mata drey lalu memeluk gadis itu dengan kerinduan yang dalam.

“tak peduli seberapa lama kita hanya bertaut dalam kerinduan yang tak pernah dalam pertautannya, aku hanya ingin melihatmu tetap hidup untuk setiap juni berikutnya drey, tidak bermimpi lagi karna aku takut jika kamu tak pernah bisa merindukanku lagi...” Bisik kay 

“Diujung jalan itu aku berjalan menyusuri tapak kita disepanjang jalan saat hujan bulan juni turun membasahi bumi kita. Wangi tanah-tanah basah, embun yang menggantung dipucuk dedaunan, dan angin yang menggerakan dahan pohon. Memoribilia tentangmu mengembun disana, tentang rindu yang kuhimpun ratusan hari dalam sunyi, tentang cinta yang  tak bisa dikatakan langit pada bumi , hanya hujan yang memberikan nuansa dengan harapan  surat kecil yang kutitipkan pada tuhan bisa kau baca suatu saat nanti...”

“Aku tidak istimewa drey, mengapa kau membiarkan hatimu menanti begitu lama...??”tanya kay mengubah  sendu dengan seulas senyum hangatnya

“Karna aku jauh tidak istimewa, Aku hanya gadis kecil yang menunggu kematiannya. Hampir tak punya harapan, tapi karna mencintaimu aku punya alasan untuk bertahan. Aku bahagia karna kau terlahir didunia ini dan tuhan mempertemukan kita dalam hujan yang selalu membawa memoribiliamu menjadi kebahagiaan kecil dalam memoriku.” Jawab drey dengan senyum tipis dipangkal bibirnya

Kay tersenyum mengelus pipi drey, menggenggam tangan gadis itu erat. Hujan adalah pertautan hati yang tak memiliki kesempatan untuk saling bertemu dalam nuansa agung seperti kebersamaan. Tapi mereka tak pernah mati, tetap hidup dalam kerinduan tanpa satu kisipun yang mengusiknya.

***
Semua yang berlalu adalah kenangan yang harus segera usai dan hanya bisa dinikmati dalam memoribilia yang sewaktu-waktu bisa kita ingat kembali.
Arka masih dalam lamunannya, menatap langit yang mendung sore itu. Ada hal yang membuatnya begitu sedih, hatinya masih terasa begitu sakit. Bukan karna dia melihat drey dan kay bertemu dirumah sakit dan kenyataan bahwa mereka saling merindukan. Atau saat kay memeluk tubuh mungil drey erat, dan saat drey untuk pertama kalinya kembali tersenyum oleh kay. Arka sudah berjanji untuk tidak membebani drey dengan perasaannya , asalkan drey  bagun itu cukup baginya. Tapi ada satu hal yang membuat kay tak bisa menahan kesedihannya, rasanya begitu pedih entah sepedih apa. Kenyataan bahwa waktu drey hanya tinggal menghitung hari, kenyataan bahwa drey tak bisa bertahan lebih lama lagi meskipun kematian seseorang tak pernah punya transparansi yang jelas. Perkataan dokter armi selalu mengiang-ngiang ditelingannya.

 Batas waktu drey??”

Ada perasaan yang tak bisa ay jelaskan, bahkan ia tak ingin memikirkan hal itu. “Apakah drey tahu??” pertanyaan itu juga yang berusaha ay telan. Ia tahu drey gadis yang tegar, tapi dia tak setegar gadis itu. Kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan bagi ay, drey adalah bagian dari kehidupannya.

***
Audrey,
Gadis itu sedang menulis novel ketigannya mungkin akan jadi novel terakhir baginya. Drey tahu jika waktunya sudah tidak lama, tapi tak ada yang bisa ia lakukan bahkan untuk menangis. Semuanya sudah terlalu sakit, tak ada ruang untuk kesedihan sekecil apapun. Dalam harapan gadis itu hanya ingin bertahan selama yang dia bisa. Satu, dua, tiga atau bahkan ratusan hari semuanya hanya soal waktu yang tak bisa ia atau siapapun hentikan. 
 Kay selalu datang menemui drey, membawakannya setangkai mawar yang drey simpan dalam vas kecil dimeja kamarnya. Sore hari saat senja mengantarkan malam keperaduannya, kay datang seperti biasa membawakannya setangkai mawar untuk drey. Lalu menemani gadis itu bercerita atau sekedar duduk melihat drey menulis, bagi kay itu cukup memberikan kebahagiaan dihatinya. 

“Kay, apa kamu lelah ..??” tanya drey menatap kay dalam-dalam

“Tidak, untuk disampingmu aku membutuhkan waktu yang sangat lama jadi mana mungkin aku lelah...!!”jawab kay  heran

“Aku lelah kay...!!” Apa aku egois ketika aku hanya ingin hidup lebih lama..??” Aku ingin menikmati sisa hujan bulan juni, bersamamu seperti ini...?” desis drey

Kaelan tersenyum hambar berusaha menangkap arti pembicaraan audrey. Ada yang aneh dari sikap gadis itu, drey tak biasa membicarakan hal seperti itu, kali ini berbeda seolah ada sesuatu yang dia sembunyikan. Kay menatap drey lekat-lekat, ia ingin tahu apa yang sebenarnya drey pikirkan. Gadis itu memang selalu menyimpan rahasia dalam hidupnya. 

“Drey, apapun yang kamu pikirkan , jangan pernah berfikir untuk menyerah....??” 

Drey mengangguk dan tersenyum tipis memandang  kay. Hatinya terasa membeku rasanya ada secercah harapan yang datang memenuhi hasrat yang  penat dan jenuh yang terus saja menghantui pikirannya tentang waktu yang terus saja mengikis hari dalam derai hujan bulan juni. Setiap butir air yang jatuh kebumi adalah waktu yang tak sanggup ia hentikan .

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -