- Back to Home »
- SIAPA KITA ???
Posted by : Unknown
Kamis, 01 Agustus 2013
- SIAPA KITA ???
(Cinta itu akan membawa kita ke syurga)oleh :sutihat rahayu suadhi
Sebagai manusia yang di anugerahi tuhan sebentuk perasaan yang bernaung
dalam hati kita. Mengertikah kita arti kata yang sering sekali terdengar
ditelinga kita bahkan begitu sering kita ucapkan, cinta. Cinta adalah bagian
dari kehidupan manusia. Setiap orang mempunyai ceritannya masing-masing. Di
sini saya tidak hanya ingin menjelaskan prihal cinta fulan dan fulanah karena arti cinta bagi saya
lebih dari itu. Masih banyak cinta yang
lebih agung, cinta yang lebih besar dan cinta yang lebih tulus yaitu cinta
kepada sang maha pengasih lagi maha penyayang dan juga cinta kepada dua sosok
yang luar biasa berjasa dalam kehidupan kita yaitu kedua orang tua kita serta
cinta kepada sesama.
v Cinta
Kepada Allah
Siapakah yang menciptakan kita ?” Pertanyaan ini sederhana, saya yakin
pembaca sudah tahu pasti jawabannya, Allah SWT.
Pernahkah kita menghitung berapa banyak nikmat yang Tuhan berikan. Kita
tidak bisa menghitungnya. Bahkan Allah ta’ala
berfirman dalam Al-Qur’an;
“Katakanlah: “Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Az Zumar: 53)
Lalu Tercatat dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan Sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tatkala Allah menciptakan para makhluk, Dia menulis
dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy,
“Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.”
(HR. Bukhari no. 6855 dan Muslim no. 2751)
Dan dalam hadist yang lain;
“Barang siapa yang mencintai sesuatu karena Allah
dan membencinya (juga) karena Allah, maka sungguh imannya itu telah sempurna” (H.R. Abu Dawud)
“Ya Allah! Aku mengharap Cinta-Mu; cinta para hamba
yang mencintaimu; dan kecintaan terhadap amal yang bisa mendekatkan diriku pada
cinta-Mu” (H.R.
Tirmidzi)
“Ada tiga perkara yang apabila terdapat pada diri
seseorang, niscaya dia akan merasakan manisnya iman, yaitu Allah &
Rasul-Nya lebih dia cintai dibanding yang lain; dia tidak menyukai seseorang
kecuali karena Allah; dan dia tidak ingin terjerumus ke dalam kekufuran
sebagaimana ia tidak ingin dilempar ke dalam kobaran api neraka” (H.R.
Bukhari-Muslim)
Sungguh cinta yang maha agung. Pernahkah kita menyadari terkadang kita
mengeluhkan hal-hal kecil, merasa tuhan tidak adil, dan terlalu banyak cobaan
yang diberikannya kepada kita. Ya, itu karena kita hanya melihat segala sesuatu
dalam sudut pandang yang sempit, selalu merasa dan merasa. Terkadang hanya
melihat segala sesuatu dari sisi buruknya tanpa tahu setiap yang tuhan
kehendaki itu baik. Dialah
sebaik-baiknya pembuat rencana. Mungkin benar jika Tuhan itu tidak adil,
keadilan macam apa yang ingin kita bicarakan. Benar tidak adil, karena Allah
memberi kita terlalu banyak. Meskipun kita sering sekali lalai sering sekali
melupakanNya, terlalu asik dengan urusan duniawi kita. Allah menciptakan
manusia bukan tanpa tujuan, tapi untuk menjadi khalifah di muka bumi, untuk
beribadah hanya kepadanya, menghambakan diri kita secara utuh. Meski dalam
perjalanannya kehendak kita memaksa kita ke jalan buntu, Kita tersesat dalam pola pikir dan tindakan
yang membawa kita jauh meninggalkanNYa. Tapi sekali lagi Allah selalu membuka
jalan baru untuk kita, memberikan maghfirrahnya ketika kita ingin kembali pada
jalan yang pernah kita tinggalkan. Oleh
karenanya, teruslah merapalkan doa kepadaNya seraya memohon pengampunannya. Begitu besar kasih yang senantiasa menaungi hati
kita, sekeping hati manusia yang disana terletak kekerdilan. Kita harus selalu
ingat tujuan mengapa kita diciptakan dan kepada siapa kita akan kembali.
v Cinta
Kepada Orang Tua
Pembaca pasti sudah pernah membaca tentang “ Dialouge seorang anak
dengan tuhan disurga”. Dialouge Tuhan dengan seorang bayi sebelum ia
dilahirkan. Dimana dalam dialouge tersebut tuhan menyebutkan dengan jelas bahwa ada dua malaikat yang akan
menjaga dan melindungi kita di dunia, yakni kedua orang tua kita.
Berikut adalah dialog ketika
seorang bayi akan dilahirkan ke dunia.menjelang diturunkan dia bertanya kepada
Tuhan,
bayi : "para malaikat di sini mengatakan, bahwa
besok engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi....bagaimana cara saya hidup di
sana,saya begitu kecil dan lemah"
TUHAN : "aku telah memilih satu malaikat untukmu..ia akan menjaga dan mengasihimu"
bayi : "tapi di surga apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa ini cukup bagi saya untuk bahagia"
TUHAN : "malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan lebih berbahagia"
bayi : "dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadamu?"
TUHAN : "malaikatmu akan mengajarkan..bagaimana cara kamu berdoa"
bayi : "saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat,siapa yang akan melindungi saya"?
TUHAN : "malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan jiwanya sekalipun"
bayi : "tapi saya akan bersedih karena tidak melihat engkau lagi"
TUHAN : "malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaku, walaupun sesungguhnya aku selalu berada di sisimu"
saat itu surga begitu tenangnya...sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya
bayi : "TUHAN..........jika saya harus pergi sekarang, bisakah engkau memberitahuku, siapa nama malaikat di rumahku nanti"?
TUHAN : "kamu dapat memanggil nama malaikatmu itu...... I B U ..."
TUHAN : "aku telah memilih satu malaikat untukmu..ia akan menjaga dan mengasihimu"
bayi : "tapi di surga apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa ini cukup bagi saya untuk bahagia"
TUHAN : "malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan lebih berbahagia"
bayi : "dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadamu?"
TUHAN : "malaikatmu akan mengajarkan..bagaimana cara kamu berdoa"
bayi : "saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat,siapa yang akan melindungi saya"?
TUHAN : "malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan jiwanya sekalipun"
bayi : "tapi saya akan bersedih karena tidak melihat engkau lagi"
TUHAN : "malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaku, walaupun sesungguhnya aku selalu berada di sisimu"
saat itu surga begitu tenangnya...sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya
bayi : "TUHAN..........jika saya harus pergi sekarang, bisakah engkau memberitahuku, siapa nama malaikat di rumahku nanti"?
TUHAN : "kamu dapat memanggil nama malaikatmu itu...... I B U ..."
Dari dialog diatas, Prihal cinta kedua orang tua jelas tidak usah dipertanyakan.
Sejak dalam kandungan, kelahiran, sampai proses kita tumbuh mereka selalu
memberikan kasih sayang yang begitu tulus. Penerimaannya yang ikhlas terhadap
begitu banyak kekurangan dalam diri kita sudah
cukup menjelaskan apa itu cinta dalam naungan kasih yang agung. Banyak
pengorbanan-pengorbanan yang orang tua berikan kepada kita, tak terhitung
seberapa banyaknya. Mereka yang menghabiskan setiap detik dari waktunya untuk
memikirkan kita. Bagi mereka kita adalah malaikat kecil titipan tuhan yang
harus senantiasa mereka jaga. Apakah Kita sadar perjuanagn orang tua kita untuk
kita ? Mungkin sebagian dari kita tidak menyadari hal itu bahkan tidak terlalu
peduli. Mereka yang selalu berjuang untuk kita anak-anaknyadan bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, segala keinginan-keinginan kita.
Pernahkah kita bertanya misalnya kenapa kuli bangunan
tiap hari berangkat bekerja? Apa yang memotivasinya? Padahal ia tahu pekerjaan
itu berat, melelahkan, bahkan mungkin menyebabkan tubuhnya sakit. Sang kuli
bangunan memiliki “motivasi pokok”, yaitu menghidupi anak isterinya sebagai
pemahaman tanggung jawabnya dan cinta kasihnya. Dimana tanggung jawab itu lahir
dari pemahaman islam dia yang sederhana. Atau contoh-contoh lain, misalnya
seorang ibu yang menjadi seorang tukang ojek, tukang becak, dan pekerjaan lain
yang luar biasa melelahkan dan terkadang membahayakan. Semua itu dilakukannya
semata-mata demi anak-anaknya dan tanggung jawabnya kepada Allah. Ya mereka
jauh lebih mulia di hadapan Allah dibanding sebagian dari kita yang hanya
mengeluhkan hal-hal kecil. Malaikat kita adalah jauh lebih harus kita lihat
seperti apa keluhan-keluhan itu hanya men jadi sebaris doa yang mereka kirimkan
pada Tuhan dengan segenap keikhlasan mereka untuk kita.
v Cinta Kepada Sesama
Saya menonton sebuah acara televisi, dimana saya
memang sangat menyukai acara ini dengan tema yang berbeda setiap minggunya. Tapi
pada intinya selalu berbicara tentang kemanusiaan, tentang sebuah ironi negeri.
Ada salah satu kutipan yang terus saya ingat dalam hati saya.
Ada seorang ahli sufi yang sedang melakukan tanya jawab
dengan muridnya.
sufi : Siapakah dia, orang yang benar-benar disebut sufi (orang yang beriman) ?
murid 1 : Apakah dia yang bisa terbang ?
sufi : Jika hanya bisa terbang, burung pun jauh lebih pintar.
murid 2 : Apakah dia yang bisa berjalan diatas air ?
sufi : Jika hanya bisa berjalan di atas air, ikan jauh lebih bisa melakukannya.
murid : Lalu siapakah dia orang yang benar-benar disebut sufi ?
sufi : Dengan senyum khas dipangkal bibirnya..." Orang yang benar-benar disebut sufi adalah mereka yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kepentingan kemanusiaan.
sufi : Siapakah dia, orang yang benar-benar disebut sufi (orang yang beriman) ?
murid 1 : Apakah dia yang bisa terbang ?
sufi : Jika hanya bisa terbang, burung pun jauh lebih pintar.
murid 2 : Apakah dia yang bisa berjalan diatas air ?
sufi : Jika hanya bisa berjalan di atas air, ikan jauh lebih bisa melakukannya.
murid : Lalu siapakah dia orang yang benar-benar disebut sufi ?
sufi : Dengan senyum khas dipangkal bibirnya..." Orang yang benar-benar disebut sufi adalah mereka yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kepentingan kemanusiaan.
Seberapa penting arti orang lain dalam kehidupan kita.
Mungkin sebagian dari kita hanya menganggap penderitaan orang lain adalah hal yang biasa.
Allah berfirman dalam Al-qur’an;
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi KIKIR,
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan SHALAT, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
dan orang-orang yang dalam HARTAnya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang
meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)
" [QS- al-Ma'arij [70] ayat 19-25]
Secara tegas Allah menyebutkan bahwa keluh kesah dan
kikir itu telah menjadi sifat bawaan manusia sejak ia diciptakan. Allah melukiskan
sifat manusia dengan sangat baik. Bagi saya pribadi, ayat di atas telah
menelanjangi sifat kita. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering
berkeluh kesah, sebaliknya, kalau memiliki banyak harta kita cenderung untuk
kikir. Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan (keluh kesah & kikir) kita
tersebut tidak menjelma atau dapat kita padamkan.
Allah menyebutkan, paling tidak, dua jalan. Pertama,
mengerjakan sembahyang secara kontinu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang
kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin.Dua resep ini insya
Allah akan mampu memadamkan sifat keluh kesah dan sifat kikir yang kita miliki.
Manusia dengan segala yang dimilikinya sering lupa
tentang hakikatnya, sibuk memperkaya diri, sibuk mengejar dunia yang tak pernah
akan membuatnya puas. Saya selalu bertanya dalam hati, Apakah kepedulian mereka
telah terkubur dalam hati mereka. Bagiaman mungkin dinegeri yang sama dengan
pemimpin yang sama ada kesenjangan social yang terlampau jauh jaraknya. Bagi mereka
yang memanipulasi wajah mereka, mengatasnamakan kepentingan sesame, berdiri
diatas kepemimpinan dengan kebanggaan yang luar biasa. Tapi pernahkah mata
mereka melihat di sudut negeri ini ada manusia yang selalu disebut-sebut
sebagai kepentingannya, mereka berhari-hari tidak makan , lalu anak-anak kecil
itu tidak bisa bersekolah selayaknya, karena memang tidak ada sekolah yang
menampung mereka, lalu bagaimana dengan si tua yang tinggal digubuk seolah
menunggu kematiannya, mengumpulkan
helaian daun hanya untuk mengganjal perut mereka untuk tiga hari
kedepan.Hanya sebagian dari kita yang berfikir. Saya tahu mungkin apa yang saya
bicarakan, anak kecilpun bisa mengatakannya. Konsep kepedulian khususnya
masalah sosial dalam Islam sungguh cukup jelas dan tegas. Bila diperhatikan
dengan seksama, dengan sangat mudah ditemui bahwa masalah kepedulian sosial
dalam Islam terdapat dalam bidang akidah dan keimanan, tertuang jelas dalam syariah
serta jadi tolok ukur dalam akhlak seorang mukmin. Selanjutnya untuk dapat memahami gerakan kepedulian sosial ini
sebagai ibadah, maka hal ini tidak telepas dari pemahaman budi luhur, baik dari
segi pengertian maupun dari segi praktek. Adapun yang dimaksud budi luhur
adalah budi yang menetapi peraturan agama yang haq, Bagaimana dalam harta kita terdapat
hak-hak fakir miskin. Dalam amanah yang diemban kita sebagai khalifah, ada
kebaikan-kebaikan bagi sesama. Saya yakin ketika manusia sadar akan haq nya,
jauh lebih mudah bagi mereka untuk memahami penderitaan orang lain sebagai
tanggung jawabnya.