Popular Post

Posted by : Unknown Selasa, 13 Agustus 2013


Jalan Kecil
Oleh : sutihat rahayu suadhi


-Iha albanna manhaj-

Saya tidak benar-benar tahu seperti apa itu rasa sakit, saat diam-diam menyukaimu dan diam-diam menahan perih karenamu.  Entahlah saya tidak tahu cara menyukai seseorang. Setiap kali saya berfikir tentang perasaan saya terhadap seseorang, saya memohon ampunan kepadaNya bahwasannya saya memiliki hati yang lemah. Selama ini saya belajar begitu keras memperbaiki kualitas diri saya agar menjadi seseorang yang pantas mendampingimu suatu saat nanti. Saya tak pernah bicara prihal cinta atau ingin kamu jadikan seseorang yang terlalu berharga dalam hidupmu hanya ingin diam-diam menjadikanmu sebuah kisah di jalan kecil kehidupan saya. Setahun lalu saya hanya seseorang yang berjalan dalam keputusasaannya dalam sebuah rasa sakit yang tak bisa saya hentikan begitu saja, sekalipun dengan ribuan pil pahit.

Apakah jalan mencintai seseorang akan membawa kita pada kebaikan? |
Rasanya sulit sekali menjawab pertanyaan ini. Untuk mencintai seseorang banyak sekali yang harus saya berikan. Saat saya merasa begitu tidak pantas, ketika Tuhan memberikan sebentuk perasaan itu pada orang yang begitu mencintaiNYA. Untuk menjadi pantas baginya, saya pun harus lebih mencintai penciptannya. Saya terus membangun kekuatan, perlahan berjalan seperti seorang musyafir yang ingin kembali kejalan Tuhan. Dalam perjalanan saya ingin menjadi pantas, di jalan itu saya menemukan seuatu yang lebih dari mencintai seseorang, saya menemukan sesuatu yang hilang dalam diri saya selama bertahun-tahun yaitu tentang tujuan mengapa saya diciptakan. Berusaha menjadi pantas untuknya tidak membuat saya bahagia, tapi ada kedamaian yang saya rasakan ketika saya kembali pada hakikat keislaman, saya menemukan jati diri ketika saya belajar tentang hal yang mendasar tentang kehidupan seorang manusia. Bahwasannya cinta yang sa
ya miliki begitu kecil, begitu kerdil. Saya mulai menemukan kekecewaan-kekecewaan yang melukai hati saya dalam diri seseorang yang saya cintai. Kecemburuan dan kekhawatiran mulai saya rasakan begitu menyakitkan.

Saya menemukan tempat dari rasa sakit yang menaungi hati saya, berusaha menahan perih karenanya, Tuhan sedang mengajarkan saya tentang keikhlasan. Lalu saya dipertemukan dengan orang-orang yang mengasihi saya. Orang-orang hebat yang mengajarkan saya banyak hal tentang bahwasannya kita tidak bisa menjadikan seseorang sebagai tujuan kita melakukan perubahan, bahwasannya sebaik-baik yang menetapkan adalah Allah SWT, Dia maha tahu apa yang terbaik bagi hamba-hambanya. Saya dipertemukan dengan para akhwat-akhwat pejuang yang mengajarkan saya tentang cinta yang lebih besar tentang cinta yang begitu agung, yaitu cinta kepada Allah. Darinya kita diciptakan dan hanya kepadanya kita akan kembali.

Dalam kebimbangan saya berfikir tentang perasaan saya, tentang seorang ikhwan yang selalu membuat saya dalam romansa kelabu. Melepaskan, itulah keputusan terbaik saya. Saya akhirnya menyadari bahwa cinta yang saya miliki begitu kerdil tidak pantas untuk saya bicarakan, berusaha keras memperbaiki kualitas diri hanya untuk pantas bagi seseorang bukan hal yang seharusnya saya perjuangkan. Ada hal yang lebih penting, ada hal yang lebih mendasar yaitu cinta saya kepada sang pencipta yang sering sekali terabaikan, terlupakan. Maka jika ada hal yang paling benar saya lakukan adalah saya harus melepaskan perasaan saya, melupakan setiap rasa sakit yang saya rasakan dalam diam, memaafkannya dan mengampuni diri saya seperti Tuhan yang selalu membukakan tangannya untuk merangkul hamba-hambanya yang ingin kembali. Mungkin itu adalah cara terbaik saya mencintai seseorang, hanya dengan membahagiakannya melalui doa-doa yang saya rapalkan dan mencintainya hanya dalam hati saya, biarlah Allah yang menjaga perasaan itu sampai saya benar-benar bisa mengikhlaskannya.

Kini saya hanya ingin belajar banyak hal. Setelah menemukan kembali tujuan yang sempat hilang saya ingin berjalan di jalan yang  disana terletak sebuah syurga. Ketika saya yakin hanya kepada Allah, dia akan membukakan setiap jalannya untuk saya melangkah.  Perasaan saya tidaklah terlalu penting. Banyak yang harus saya fikirkan, dan ada sebagian hal yang harus saya prioritaskan. Bukan menganggap yang lain tidak penting, tapi saya sendiripun masih harus memahami banyak hal. Ikhlas adalah proses yang dilalui bukan tanpa rasa sakit. Dan saya harus melalui setiap fase dalam kehidupan saya. Karena Kekuatan itu lahir dari kesyukuran dan penerimaan yang ikhlas pada takdir Allah. Saya sedang belajar memahami takdir, bahwa jalan itu tidak selalu lurus dalam mencapai tujuan, terkadang harus berkelok-kelok. Kamu hanya salah satu jalan itu, apakah itu baik atau buruk tergantung pada pemahamanku saat ini. Bahwasannya ketika saya memutuskan suatu perkara, tentu saya akan menerima konsekuensinya sebagai bentuk tanggung jawab saya. Saya pernah memilihmu untuk menjadi bait-bait cerita yang sedang saya tulis, tapi semua sudah harus saya selesaikan tanpa tahu endingnya seperti apa, saya ingin melemparkan perasaan itu kelangit, tanpa pernah bisa kau membacanya dengan perasaan apapun.

Saya akan berjalan dijalan kecil yang akan membawa saya pada sebuah cahaya. Sebelum saya sampai saya akan berdiri sendiri, berjalan dengan keyakinan saya. Seperti kematian yang tuhan hadiahkan pada setiap kehidupan. Saya akan pada kesendirian, tanpa satu kisipun yang mengusiknya, termasuk perasaan yang mungkin tak pernah benar-benar pergi. Dan lebih sering merapalkan doa-doa dalam malam-malam yang kumuh, agar Tuhan senantiasa menghangatkan kalbu yang mulai membeku.
Top of Form

Hanya cerita sederhana yang kutulis dalam sebuah renungan.
Saya yakin setiap orang memiliki cara untuk berbahagia dalam kehidupannya.
Prihal cara itu benar atau tidak, karena setiap apa yang kita pilih sudah menanti sebuah konsekuensi yang harus kita pertanggungjawabkan baik di mata Tuhan maupun sesama. Ketika kita hendak melakukan sesuatu, biarkan tujuan kita dengan caranya mencari kebaikannya sendiri.



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -