Popular Post

Posted by : Unknown Rabu, 24 Juli 2013

Tentang Derita Mereka, Siapa yang Salah ??

oleh : 






  • Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
    Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
    • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
    • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
    • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

    Mengukur kemiskinan

    Gambaran kemiskinan di MumbaiIndia oleh Antônio Milena/ABr.
    Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
    Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
    Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
    == Diskusi tentang kemiskinan ==ad
    • Dalasebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan i beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
    Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada aksescapital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.

    Kemiskinan dunia[sunting]

    Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makananair minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."
    Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari PPP$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari PPP$2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001. [2]

    Penyebab kemiskinan[sunting]

    Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
    • penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
    • penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
    • penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
    • penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
    • penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
    Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

    Menghilangkan kemiskinan[sunting]

    Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
    • Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
    • Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
    • Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

     Artikel ini saya ambil dari wikipedia, online [http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan]

Tentang Derita Mereka, Siapa yang Salah ??



Setiap hari, setiap saya berangkat dari rumah, apakah itu ketempat kerja, kampus atau ketempat tujuan lainnya. Ada kesedihan dihati saya. Bahwasannya saya punya keterbatasan, tapi melihat disepanjang jalan ada pemandangan yang membuat saya harus lebih banyak mengucap syukur.

Pertama, Saya melewati sebuah jembatan. Disana ada seorang kakek tua tinggal dibawah kolong jembatan itu beratapkan kardus dengan tumpukan sampah disampingnya. Sebatang kara. Terlintas dalam benak saya sebuah pertanyaan sederhana. Dimana istrinya, anaknya atau saudaranya ?? mengapa dia diterlantarkan dalam masa tua, yang seharusnya ia nikmati bersama istri beserta anak cucunya.

Setiap sore ketika pulang saya pun melintasi jembatan yang sama, saya melihat kakek tua itu memandang kearah langit sambil duduk termenung. Apa yang sedang ia pikirkan ?? saya selalu bertanya dalam hati. Saya terenyuh setiap kali memandang kakek itu, terlihat  gurat-gurat kesedihan menutup wajahnya. Setiap hari minggu pagi saya bersama mbak saya selalu berkunjung ketempat kakek tua itu, memberinya makanan dan sedikit uang untuk terus melanjutkan hidupnya. Dan saya lihat banyak juga yang memberinya makanan mungkin warga sekitar. Kakaek tua itu ringkih, tapi dia masih menjaga kehormatannya. Setiap kali saya lihat tumpukan kardus dan botol-botol bekas disamping rumah kardusnya saya tahu kakek tua itu masih berusaha bekerja, mengumpulkan barang-barang bekas dan tidak memilih jalan terakhir yakni meminta-minta. Kakek itu selalu mengucap ribuan syukur, dan berterimakasih sambil memegang tangan saya erat-erat dan menitihkan setitik kesedihan yang terlihat dikelopak matanya yang sudah berkerut. Ya Allah, saya memegang tangan kakek itu dan memintanya tetap kuat dan bertahan sekalipun memiliki kehidupan yang sulit. Saya yakin Allah sangat menyayanginya dan senantiasa bersamanya.

Kedua, seorang kakek yang setiap pagi selalu mengambil sampah didepan kantor saya dengan gerobak tuanya. Usia kakek itu kira-kira 80 tahun keatas. Dia mengumpulkan plastik-plastik, kardus bekas, dan botol2 minuman yang berserak didepan. Saya memandanginya lekat-lekat, sering memperhatikan kakek tua itu. Dalam keringkihannya, dalam sisa-sisa tenaga yang dia miliki dia tidak memilih untuk menjadi pengemis. Ribuan cambuk seolah menghantam diri saya. Dan bertanya, apa yang bisa saya lakukan untuk mereka ? sepertinya "Nothing". 


ketiga, Seorang nenek tua dia pengumpul barang bekas. Saya melihatnya setiap hari bersenda didepan tumpukan sampah. Memilah-milah mana yang bisa di jual atau tidak. Nenek itu sudah senja, sepuh jalannya pun sedikit bungkuk. Dengan karung yang mungkin sahabatnya sehari-hari ia berjalan menyuri jalan mencari tempat yang bergumul sampah untuk menjemput rizkinya disana. Sesekali dia duduk , mungkin merasa lelah dan mengusap peluh yang sudah menetes di pelipis matanya yang sudah mulai kabur mungkin.

Saya hanya seorang hamba yang tuhan berikan keberkahan yang begitu besar, begitupun rahmat yang senantiasa menaungi kehidupan saya sekalipun saya bukan orang yang memiliki materi berlebih. Setiap kali saya melihat ketiga sosok yang luar biasa itu rasanya saya bukan apa-apa bukan siapa-siapa. Kesedihan dalam hati pun tak cukup membendung derita orang lain. Saya harus melakukan sesuatu untuk mereka, setidaknya memberi mereka apa yang bisa saya berikan sekalipun tidak banyak. Mereka butuh pikiran kita, butuh kepedulian kita.


 Saya juga bertanya dalam hati, hanya sekedar memukul-mukul logika saya. Ironi kemiskinan di negeri ini. Apa yang menyebabkannya begitu mengakar dan membentuk rantai yang tidak pernah terputus. Lalu saya harus menyalahkan siapa . Mereka yang tidak mau memperbaiki keadan ekonominya dan terjebak dalam kemiskinannya ? Benarkah ? . Batin saya menolak, mereka sudah pasti berusaha melakukan yang terbaik untuk kehidupan mereka, berusaha menghidupi diri mereka beserta keluarganya. Sekalipun kemiskinan itu tidak pernah berubah, sekalipun hanya untuk mengisi perut yang kosong setiap harinya, hanya untuk bertahan hari ini, esok dan esoknya  lagi. Lalu lantas siapa yang salah ? Pemerintah ? . Saya tidak tahu, sekali lagi saya menggeleng. Bagaimana mungkin ada orang semiskin itu dan ada orang sekaya mereka dinegeri yang sama dengan pemimpin yang sama. Saya tak lanjut meneruskan pertanyaan saya, atau argumen-argumen yang berenang dalam benak saya. Pemerintah tidak tahu tentang kakek dikolong jembatan, kakek pemulung itu, atau nenek yang termenung ditumpukan sampah.  Sekalipun saya tidak tahu bentuk kepedulian seperti apa yang mereka tunjukan untuk rakyat miskin seperti mereka. Maaf saya berpandangan dalam konteks pemikiran dan pemahaman yang mungkin dangkal. Dalam harapan saya, ada seorang pemimpin yang mengosongkan perutnya untuk mengenyangkan perut rakyat mereka. Seorang yang mengatasnamakan diri sebagai wakil rakyat, untuk sekedar melihat ironi negerinya.
Meskipun saya tidak boleh berpandangan dari satu sudut pandang, karna barangkali merekapun telah melalakukan yang terbaik dalam konteks pemikiran mereka. Saya tidak tahu.
Betapapun saya memikirkan hal yang sama tidak pernah ada jawaban yang membuat hati saya lega. Hanya berdoa, semoga Allah menguatkan hati kakek-kakek itu begitupun hati mereka yang mengalami keputusasaan dalam kemiskinanya. 

lagi, saya hanya bisa berdo'a untuk mereka.

‪#‎Ceritahariini‬ oleh - Iha Ginichi Kou Kii

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -