- Back to Home »
- KITA
Posted by : Unknown
Rabu, 18 Juni 2014
Berhenti pada jarak yang jauh
dan memandang hal yang sama. Kita saling diam. Dan kau memulai langkah kakimu,
melewatiku yang pura-pura memandang kearah yang lain, tidak memperhatikanmu.
Aku habiskan kepura-puraanku hingga jarak yang cukup aman untuk kau tidak tahu
aku memperhatikanmu hingga menghilang dari pandangan.
***
***
Aku tidak perlu bertemu hanya
untuk memastikan kamu sendiri saja. Atau kamu sedang menunggu siapa. Melalui
apa yang kamu tuliskan dalam setiap kata, aku mengetahui bagiamana perasaanmu,
apa yang sedang terjadi disana, dihati.
Apa yang sedang kamu pikirkan,
apa yang sedang dirasakan. Aku merasakannya melalui perantara kata. Ingin
rasanya untuk sekedar memberi tahumu bahwa ada aku yang memperhatikanmu.
Setidaknya kamu menyadari keberadaanku. Mungkin saja dengan itu kamu akan tahu
jika aku sering menuliskan kembali apa yang kamu katakan.
***
Aku ingin sekali bisa menikmati
teh hangat bersamamu di teras rumah dikala hujan. Secangkir untukku dan
secangkir lagi berada ditanganmu.
Lalu kami membicarakan masa
lalu, waktu kami pertama kali bertemu, atau waktu kami masih sama-sama sendiri.
Dan aku membayangkan hari ini terjadi.
Tapi tidak, ternyata dia tidak
suka minum teh. Dan aku tetap menghabiskan hujan bersama secangkir teh. Apakah
itu membuat hilang perasaanku? Tentu saja tidak dan aku masih mencintainya.
Kita dan hati kita
diberikan batas pemisah oleh Tuhan, dan Tuhan yang berkuasa penuh membolak-balikkan
perasaan itu dalam sekejap. Cinta atau benci itu perbedaannya tipis, cukup Kun
Faya Kun, maka kamu bisa mencintai seseorang, dan percayalah. Tuhan selalu
memiliki alasan yang tepat mengapa melakukannya pada hatimu"
pernah berkata tentang cinta,
kemudian dia menertawakanku. Aku ikut tertawa. Dia menganggapnya angin lalu,
aku pun. Tapi nyatanya, perasaan adalah sehelai tangkai dandelion pada
tempatnya yang terbawa angin lalu, terbang entah kemana kemudian tumbuh
ditempat yang tidak diketahui.
Jika dalam perjalanan kita
selama ini, banyak benih yang melayang-mengudara kemudian jatuh dan tumbuh
dengan sendirinya. Kepada siapakah kita harus saling menyalahkan, apakah
keadaan kita ataukah perasaan kita. Aku tidak tahu.
Jika kita
dipertemukan dalam keadaan seperti ini, sama sama tahu bahwa kita tidak bisa
menjalani kebersamaan tanpa restu dari Tuhan. Pastilah kita menerka-nerka
kiranya apa yang sedang Tuhan rencanakan.
Aku mendoakan
keselamatanmu. Aku memastikan kamu aman ketika menyebrang jalan, atau sekedar memastikan,
ah kamu hari ini sehat wal afiat.
Ini persis seperti
anak perempuan yang jatuh cinta pada boneka beruang di toko mainan,
memperhatikan dan menginginkan, sekedar ingin. Sedang ia belum memiliki
kecukupan untuk membelinya.
***
Aku bukan Tujuanmu
Aku bukan tujuanmu, aku tidak
tahu cara mencintaimu dengan benar. ketika aku hanya kau jadikan pilihan,
jadikan perbandingan diantara mereka yang mengaku mencintaimu.
Bertemu denganmu harusnya
membawaku kekota impian yang disana terletak syurga hanya untuk kita berdua,
tak ada siapapun bahkan hanya sehelai daun kering.
Aku menyusuri hari-hari
menjalani hidup seperti seadanya. Ditengah-tengah letihnya aku menjalani hidup
dari pagi hingga petang. Aku mendapatimu menawarkanku kegembiraan ditengah
langit yang gelap gulita; Kau membawaku menaiki tangga langit kehidupan ini.
Aku selalu mencintaimu tanpa bertanya tujuan kita.
Aku tersenyum ketika kamu
menyadari perhatianku, lalu aku buru-buru pergi. Menyisakan rasa malu. Aku tak
pantas bagimu, begitulah aku menjelaskan seperti apa itu cinta, Memintamu
menunggu agar aku menjadi wanita yang pantas mendapatkan sekeping hatimu yang
tak pernah bicara tujuan, hanya berjalan dalam kebimbangan.
Setiap orang memilikinya,
memiliki cinta yang ikhlas dalam penantian. Agar ia menjadi sekeping hati yang
suci yang mencintai dan dicintai dalam hujan maupun kemarau yang merubah
musim-musim dibumi tempatnya menanti.
Tapi
akhirnya, dibatas penantianku. Aku memberanikan diri untuk sekedar bertanya apa
yang kau rasakan. Dan akhirnya kita tidak pernah memiliki tujuan. Pertemuan
kita yang selalu aku sykuri, jatuh cinta padamu yang pada akhirnya membawaku
pada keinginan untuk bersama, dan harapan yang kutulis diawal tentang laki-laki
yang ingin aku cintai sepanjang hidupku, kuterima segala kekurangannya,
laki-laki sederhana yang tak pernah menginginkan apapun kecuali dekat dengan
Tuhannya. Dan ketika aku telah memilih laki-laki ini.
Aku tidak mendapati semua itu. Aku tida menemukan laki-laki ini menangis di
malam sepi. Menangisi kehidupannya sendiri. Aku tidak mendapati laki-laki yang
terlihat gagah berwibawa di kehidupannya. Menjadi sosok yang sangat menyedihkan
di malam-malam sunyi. Karena laki-laki ini tak pernah memilihku untuk menjadi
bagian dari kehidupannya.
Aku kepadamu adalah
seseorang dengan orang lain yang bukan siapa-siapa. Jika aku peduli kepadamu,
itu semata karena aku tidak tahu tentang bagaimana cara mengatasi perasaan.
Setidaknya aku mampu menahannya. Aku menahannya untuk tidak lebih dari itu.
Aku membutuhkan waktu
lebih lama untuk aku lalui, membutuhkan lebih banyak detik dalam satu menit
untuk memanjangkan hari.Aku membutuhkan lebih banyak udara untuk aku hirup,
membutuhkan lebih banyak cahaya matahari untuk membuat siang. Sebab ada urusan
yang belum selesai di hidup ini, kamu. Dan sebanyak apapun aku membutuhkanmu,
aku cukup tahu mungkin tidak penting bagimu. Sebab aku tak tahu bagaimana
caranya menyembunyikanmu. Maafkan aku karena laki-laki yang kupilih itu dirimu.
(from : Kurniawan Gunadi)