Popular Post

Posted by : Unknown Senin, 04 Agustus 2014



oleh :iha al-banna manhaj
Over Raja's Shoulder
Dan aku duduk sendiri ditempat ini merasakan semuanya telah hilang. Semua yang kulihat masih sama seperti dulu; embun yang menggantung dipucuk dedaunan, angin yang menggerakan dahan-dahan pohon, lalu hujan yang sesekali turun membasahi bumi, semuanya masih sama seperti musim sebelumnya. Hanya saat ini aku merasa begitu membeku; terasa begitu sesak. Perlahan aku menyadari ada yang hilang dan rasanya menyakitkan.
Rasanya seperti meneguk secangkir kopi hitam pahit; terasa begitu getir kutelan. Aku yang diam-diam mencintai seseorang dan waktu membawanya pergi tanpa tahu bahwa diam-diam aku menghimpun rindu untuknya. Semuanya kusimpan dalam-dalam hanya sendiri didalam hatiku tanpa seorangpun kubiarkan mengusiknya.
Aku yang menyadari bahwa kau akan pergi mulai memendam tangis; begitu takut kehilangan, begitu takut tak bisa melihatmu. Tapi sekali lagi aku menyimpannya dalam-dalam; dibanding perasaanku kebahagiaanmu jauh lebih berharga bagiku. Perlahan mulai menjauh darimu, meninggalkan perasaan ini sekalipun sulit. Aku tak bisa mengikhlaskan perasaan yang sekeping ini pergi, Tuhan. Betapa ini sangat menyakitkan.
Ketika aku pergi dari kehidupanmu;mengabaikanmu dan bersikap tak peduli lagi padamu rasanya begitu menyakitkan, hanya sekumpulan doa yang terus kurapalkan dipenghabisan malam untukmu. Waktu berjalan, aku akhirnya menyadari bahwa kau tak sekalipun mengingatku setelah kita tak pernah bertemu. Kau begitu cepat melupakanku seperti bunga dandelion yang ditiupkan angin begitu saja hilang.
Setiap kali memoribilia tentangmu menguap satu-satu dipikiranku, aku tak bisa membendung butiran air mata yang jatuh. Ternyata aku tidak bisa.
Jika saja kau mau berjanji, aku akan menunggumu berapapun lamanya. Aku hanya begitu kecewa ternyata kenyataannya aku tidak pernah tahu isi hatimu. Kini hanya terus berusaha mengikhlaskan jalanmu dan jalanku yang tak pernah bisa menapak bersama. Kau dengan mimpi besarmu, dan aku dengan mimpi sederhana yang kubangun untuk menjadi besar. Aku tak ingin berharap apapun sekarang, tak juga untuk pertemuan kita suatu saat nanti. Karna aku tahu semuanya terlalu samar, terlalu tidak nyata untuk aku simpan dalam kotak harapan yang kubangun dengan kekhusuan doa-doa.
Kini aku hanya bisa melihatmu bahagia; tanpa bertanya tanpa harus kau tahu. Aku melakukan semuanya untukmu. Meski harus menyimpan begitu banyak luka yang perlahan harus kuikhlaskan. Tentang ketidakpedulianmu, tentang kau yang begitu mencintai dirimu, tentang aku yang diam-diam menahan sakit karenamu; tentang kita, aku ingin melupakannya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Iha Al-banna Manhaj - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -